Oleh : Hindun
LATAR PANGGUG:
Bagian Pertama :
DI HUTAN YANG LEBAT , DI LUAR GUA YANG DITUMBUHI POHON-POHON YANG BESAR DAN TINGGI-TINGGI.
DIALOG :
Raksasa : Huaha….ha….ha…. ,
kawasan ini adalah milikku, aku adalah
raksasa pemilik gua, dan
hutan-hutan di sini!
(Raksasa tertawa menyeringai, sehingga
kelihatan giginya yang tajam, lalu
melangkah masuk kedalam guanya)
Satria : Wahai Raksasa ………….
(Satria memanggil sambil berteriak dengan
kedua belah tangan dimuka , layaknya seseorang yang memanggil)
Adakah
engkau d idalam Gua, wahai raksasa ?
(Satria melangkah dan memasuki Gua yang
gelap itu)
(dalam
hati Satria bergumam)
Apakah
Raksasa sedang tidur di dalam?
Raksasa : Siapa yang
teriak-teriak , memekakkan telingaku saja, (Raksasa
berkata dalam hatinya)
LATAR
PANGGUNG
Bagian Ke-Dua
DISEBUAH
GUA YANG GELAP DAN PENGAP
Raksasa : Ya, aku ada di dalam !, Kau itu Satria ?,
kemarilah Satria, aku menunggumu sejak tadi .
(sambill
menganggukkan kepalanya yang berambut lebat dan kriting itu)
Satria : Ada apa engkau memanggilku, wahai raksasa
?, sangat mustahakkah?, sehingga engkau mengundangku untuk datang ke gua mu
ini?
(sambil duduk di batu besar pas sebelah
Raksasa)
Raksasa : Satria sahabatku, ternyata Raja hendak merebut
tanah milikku ini, aku akan di usirnya….
(nada berlahan raksasa, dengtan mata
sendunya menatap Satria)
Satria : Ya ampun, benarkah Raja akan segera
mengusirmu?.
(Satria
menggeleng-geleng kepalanya tanda tak bersetuju akan kehendak Raja)
Engkau
sudah lama tinggal di sini Raksasa!, yang kutahu tanah ini sudah dihuni oleh
nenek moyangmu beratus tahun lamanya,
mengapa Raja sama sekali tidak memikirkan dan menimbangkan hal itu, kasihan kau
Sahabtku.
(Satria memandang raksasa dengan penuh rasa
iba, sambil memegang raksasa disampingnya, dan terlihat air muka Satria yang
turut kecewa akan keputusan Raja)
Raksasa : Kau
adalah satu-satunya sahabatku, bisakah engkau menolongku, Satria ?
(sambil mengerlipkan mata lebarnya, dan
hibasan rambutnya, raksasa berkata dengan raut wajah yang serius, memandangi
Satria)
Satria : Apa yang mampu aku bantu untukmu?, wahai
sahabtku Raksasa ?
(sambil memegang tangan raksasa yang besar,
Satria meyakinkan pada Raksasa)
Raksasa : Katakanlah kepada Raja, bahwa aku seorang
Raksasa, tidak akan meninggalkan tanah warisan nenek moyangku walau selangkah pun,
biar pun harus nyawaku sebagai taruhannya.
(Tangan raksasa memegang dadanya yang
bidang, tanda kemarahnnya)
Satria : Baiklah Sahabatku, Aku akan menghadap Raja
esok, dan menyampaikan pesanmu, Aku akan berusaha meyakinkan Raja, untuk
membatalkan niatnya yan g akan mengambil tanah kepunyaanmu ini, sabarlah engkau
Raksasa dalam menantikan aku kembali,
dan aku akan secepatnya kembali. Aku pergi dulu sahabatku, doakan agar aku
berhasil.
(dengan menatap Raksasa, Satria pun mengangguk dan mengacungkan tangannya, dan
melangkah keluar dari gua)
Raksasa : Hari sudah semakin larut, semoga Sahabatku
Satria, mampu meyakinkan Raja
(dengan mengusap-ngusap wajahny, raksasa
penuh harapan pada Satria)
LATAR
PANGGUNG
Bagian Ke-Tiga
DI
SINGGASANA RAJA SYAHIR DUDUK
DI KAWAL OLEH 5 PANGLIMA KERAJAAN.
Panglima Perang :
Ampun tuanku, beribu-ribu ampun, hamba datang menghadap, ada hajat nak beta sampaikan ke hadapan Baginda Raja Syahir
yang hamba hormati.
(Sambil setengah merunduk dan bersembah di
hadapan Raja)
Raja Shahir : Ada apa
gerangan yang hendak awak cakapkan wahai Panglima Perang?
(Sambil tangan Raja mengacungkan tangannya mengarahkan
ke Panglima Perang.
Panglima Perang : Satria sahabat karib Raksa, hendak
menghadapmu Raja.
Raja SYahir :
Suruh dia menghadap!
Panglima Perang :
Siap, hamba akan segera menjemput Satria
(sambil meniggalkan Raja)
Satria :
Ampun Baginda Raja, Hamba datang menghadap.
Raja Syahir :
Ada apa awak ke mari?
Satria : Hamba menyampaikan penolakan kehendakmu
keatas perintahmu pada sahabat hamba Raksasa, Raksasa tidak ingin memenuhi
kehendakmu.
Raja Syahir : Tidak bisa, itu adalah kehendak hamba yang
harus terlaksanakan, Zaman ini Zaman
Manusia, bukan seperti dulu kala, bagaimana panglima-panglimaku semuanya,
setujukah kalian untuk mendukung beta?
Panglima Perang
Dan ke-4 Panglima : Kami setuju baginda
Raja, jika engkau berkehendak kami tetap mendukung penuh.
(Semua panglima menjawab secara serentak)
Satria : Baiklah, akan hamba sampaikan nanti Raja,
hamba pamit.
(Satria pun berlalu meningglkan istana
kerajaan)
LATAR
PANGGUNG
Bagian Ke-empat
DI LUAR GUA DAN DI DALAM GUA
Satria : Sahabatku Raksasa
(Setengah teriak, Satria pun memasuki gua Raksasa)
Sahabatku, aku telahpun menyampaikan pesanmu, tapi… ternyata Raja tetap pada
pendiriannya. Raja tetap ingin mengusirmu, kerena katanya”zaman sekarang, bukan
lagi zaman Raksasa, melainkan zaman manusia”. Esok atau lusa Raja akan segera
kemari, berserta prjajuritnya
(Satria berkata dengan nada cemas, dan
kasihan akan nasib sahabarnya).
Raksasa : Apa maksudmu Raja akan menyerang dan membunuhku
Satria?
(Raksasa bertanya sambil setengah
menundukkan kepalanya)
Satria : Hem………., Bigitulah kehendak Raja.
(menunduk lesuh)
Raksasa : Seumur hidupku, belum pernah aku berperang
dengan sesia pun, demi mempertahankan hakku, saat ku kini untuk melawan siapa pun
yang berani mengambil hakku, demi hakku yang akan diinjak-injak aku rela melawan
siapapun, karena aku bukanlah pengecut.
(wajahnya
tampak merah menahan marahnya dan ia mengangkat kedua belah tangannya menghantamkan
ke gumpalan batu)
LATAR
PANGGUNG
Bagian Ke-lima
DIHAMPARAN
PADANG RUMPUT, DITENGAH-TENGAH LAPANGAN YANG
SANGAT LUAS MEMBENTAG.
Raksasa : Satria,
aku adalah raksasa yang kuat, aku kebal terhadap senjata apapun, kelemahanku
terletak dibagian dada kiriku ini, kau saja yang tahu hal ini, karena kau
adalah sahabatku yang aku sayangi.
(sambil mengenakan pakaian dari kulit tebal)
Satria : Berhati-hatilah engkau sahabatku.
(Satria memejamkan mata, menandakan keresahan hatinya)
Raja : Bersiap prajurit-prajurit dan panglimaku…….serang………….!
(Raja berteriak menitahkan perintahnya,
sambil memegang gagang keris yang ada
dipinggangnya)
Raksasa : Maju kalian semua prajurit bodoh………….!
(Raksasa berteriak dan berlari di tengah-tengah prajurit yang telah siap dengan panah dan
tombaknya)
Prajurit :
ah………………….ah,
(prajurit terinjak-injak dan Raksasa mengangkat
beberapa prajurit dan melemparkan kesana-kemari
di lapangan iitu)
Raksasa : Ayo
maju kalian semuanya, aku akan melayani kalian…………, aku bukanlah raksasa yang
pengecut.
(dengan
langkahnya ia berjalan sambil menggoyangkan tangannya)
Panglima Perang : Ayo……… lawan terus, jangan takut ……………..
(teriak Panglima Perang yang penuh dengan simbahan darah)
Raja : Mengapa tak satu pun prajurit dan
Panglimaku ku yang mampu membunuhnya…?
Kini
saatnya aku akan menghabisimu raksasa jelek, dengan tombak dan keris ini kau
akan binasa………..!
(sambil berteriak dan berpacu dengan kudanya,
Raja murka, tombak dan kerisnyapun dicabutnya dari pinggangnya menikam dada
Raksasa , Usaha Raja sia-sia, Raja turut tewas setelah dihempaskan oleh Raksasa
di atas tanah di tumupukan batu )
Raksasa : Siapa yang berani lagi menantang dan
melawanku …..
(teriak Raksasa yang masih saja mengamuk, sehingga banyak
prajurit kerajaan yang tewas)
Satria : Cukup……., hentikan Raksasa, Raja sudah
tewas, hentikan amukan dan amarahmu.
(teriak Satria, dengan nada cemasnya, karena
takut akan banyak korban yang berjatuhahan lagi)
Raksasa : Huaha…….ha….ha….ha, aku tak gentar dengan
prajurit seperti kalian, ayo semua maju melawanku.
(Raksasa masih saja mengkibas-kibaskan
tangannya yang mengakibatkan jatuhnya korban di sana sini, Raksasa tidak
menghiraukan peringatan Satria)
Satria : Maafkan aku sahabatku, Craap….Jupp !
(sambil berkata dalam hati, Arya segera
melemparkan sebatang tombak ke arah dada kiri Raksasa)
Raksasa : Aw,………..waaah!
(Sambil memegang dadanya, Raksasa menghembuskan nafasnya yang terakhir, roboh/terkapar
dan tewaslah Raksasa di tengah-tengah
lapangan yang penuh dengan korban bergelimpangan)
Satria : Maafkan aku Raksasa, semua ini aku
lakukan adalah hakku melawan dan menghentikan tindakan kekejaman.
(dengan langkah gontai Satria mendekati
Raksasa, dengan nada kesedihan dan mengalirlah air mata Satria mengiringi
kepergian sahabatnya itu)
Prajurit :
(semua
prajurit yang tersisa hanya mampu terdiam di tengah-tengah lapanagan
memperhatikan Satria melangkah, dan menjauhi arena perang, dan akhirnya
sisa-sisa prajurit menyusul Satria dan berlalu. Tinggallah Mayuat-mayat yang
tersisa detengah-tengah lapangan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar