Selasa, 19 Juni 2012

PONIMAN, MEMBANTU KESELAMATAN KONSUMEN



Oleh Hindun

Kulit yang membalut tubuhnya tidak bisa menyembunyikan usia Poniman  yang sudah tua di tambah lagi dengan rambutnya yang mulai memutih. Namun, jika melihat keuletan ia berjalan, berbicara, dan beraktivitas, tidak ada yang menyangka ia masi seperti anak remaja yang masih kuat dan tangguh. Siapa yang menyangka usia Pak Poniman sudah mendakati usia 52 tahun.

Laki-laki, yang biasa dipanggil Pak Poniman  oleh orang-orang di sekitarnya,  selalu tampil energik. Daya ingatnya masih kuat. Mungkin karena tanggung jawab yang ia emban selama ini, Pak Poniman  mempunyai tenaga yang berlebih walaupun usianya sudah mulai senja. Pak Poniman bercerita, masih kuat untuk terus bekerja menjalankan  mobil ambulan pada malam hari.

Pak Poniman pun tetap bekerja membantu mengantarkan konsumen sampai ke tempat tujuan,  sebelum di rujuk ke rumah sakit, pasien ditangani dahulu di puskesmas. Tidak hanya itu, dia juga lebih mementingkan keselamatan pasien daripada dirinya sendiri, demi keselamatan pasien Pak Poniman rela tidak makan dan tidak mandi jika pasien benar-benar sangat terdesak, karena setiap kali mengantarkan pasien biasanya pasien dalam keadaan darurat. 

”Ada memang yang memberikan uang, tetapi tidak semua pasien mampu memberikan uang. Mereka umumnya miskin sekali,” kata Pak Poniman yang bekerja sejak berdirinya Puskesmas Batu 10 pada tahun 1982 di Jalan Adi Sucipto Tanjungpinang Timur, pada mulanya ia bekerja di Puskesmas sebagai Cleaning Service, dan kemudian bekerja sebagai supir mobil ambulan sejak tahun 1998 sampai sekarang. Sudah 30 tahun mengabdi di Puskesmas, dan bekerja sebagai supir ambulan sudah 14 tahun, dan kalau tidak ada pasien yang harus diantar dan dijemput Pak Poniman mengisi waktunya dengan membantu di bagian loket pendaftaran dan mengantar surat-surat dari Puskesmas, waktu yang cukup lama ini menjadikan Pak Poniman sudah terbiasa mengerjakan dengan iklas dan tulus.



  Suka duka
Keberadaan Pak Poniman  amat membantu masyarakat sekitarnya terutama bagi warga yang kurang mampu. Pak Poniman  cukup datang ke rumah pasien dengan mobil ambulan dan membantu mengantarkan pasien. Tak perduli dengan kelelahan badannya yang sudah tua, terkadang baru sampai di rumah sudah ditelepon oleh pasien untuk segera menjemput pasien dan mengantarkan pasien, begitu juga pada waktu makan atau lagi mandi, jika ada telepon pasien, Pak Poniman segera bergegas, dan tak jarang nasi yang baru dimakan dua suap sendok nasi, langsung ditinggalkan begitu saja, kata Pak Poniman. Pengalaman Pak Poniman yang membuatnya bingung saat menerima telepon pasien yang bentrok, misalnya saja ketika Pak Poniman berada di rumah sakit untuk menjemput pasiennya pulang ke rumahnya, tiba-tiba ada pasien yang menelepon minta diantarkan ke puskesmas atau ke rumah sakit, saya bingung mau mengutamakan yang mana, dan biasanya saya menyuruh pasien mencari  mobil ambulan lain, atau menunggu sebentar, akan tetapi jika pasien benar-benar terdesak, saya lebih memilih menjemput pasien yang sakit untuk segera diantar ke Puskesmas atau rumah sakit dibandingkan saya harus memilih Pasien yang mau diantar pulang ke rumah, selain itu ada rasa luka dan kecewa yang mendalam apabila mengantar pasien meninggal sebelum sampai ke rumah sakit, biasanya pada pasien yang sakit parah atau pasien yang kecelakaan, demikan Pak Poniman menambahkan.

Jika disinggung pengalaman sukanya tentu saja ada duka pasti ada suka demikan Kata Pak Poniman, banyaknya mengenal masyarakat dan dekat dengan keluarga pasien merupakan hal yang menyenangkan, karena dapat menambah teman dan rasa persaudaraan sesama masyarakat, sehingga tidak jarang saling menukar no HP kepada pasien, sehingga pertemanan dan persaudaraan tidak terputus begitu saja, dan mendapatkan kesembuhan dan membantu pasien adalah hal yang sangat membahagiakan, kata Pak Poniman menceritakan pengalaman sukanya.

Pentingkan Keselamatan Pasien
Poniman, ayah dari tiga anak  dan kakek dari dua cucu ini, selalu mengutamakan keselamatan pasien, walaupun tugas mangantarkan pasien penuh resiko, dan tak jarang sampai menyenggol bibir trotoal jalan demi menyelamatkan jiwa pasien, dan ia bertanggungjawab penuh dengan pekerjaan yang diembannya selama ini, walaupun usia Pak Poniman sudah tua sedikitpun ia tidak pernah lupa dan lalai dalam pekerjaannya sekalipun meski harus terjaga pada waktu malam disaat terlena tertidur, itu semua bukan halangan bagi Pak Poniman untuk membantu pasien yang sedang mengalami musibah dan masalah, saya ikhlas mengerjakan semuanya dengan sepenuh hati, hal ini membuat Pak Poniman tidak ingin berpindah profesinya sebagai tukang sopir ambulan.  

Harapan
Bagi Poniman, kelahiran 15 Agustus 1960 ini, mengharapkan agar pemerintah dapat memperhatikannya, pengabdian yang dijalani selama 30 tahun di puskesmas ini, ia belum  diangkat menjadi PNS, harapan ini bukan karena ia berkeinginan keras untuk menjadi PNS, mengingat usianya yang sudah tua, untuk ke depannya Pak Poniman akan semakin tidak kuat lagi untuk beraktivitas, setidaknya dengan menjadi PNS pemerintah dapat memperhatikan masa tua nanti,  sebelumnya pernah ada pemutihan honorer pada usia pak Poniman 46 tahun 2 bulan, lantaran usia saya lebih dua bulan dengan masa penerimaan PNS saat itu, saya tidak dapat diangkat,  Pak Poniman menyesalkan penilaian pemerintah terhadap dirinya, hanya karena lewat dua bulan saya tidak terpilih untuk menjadi PNS, Pak Poniman menyampaikan rasa kecewanya yang mendalam. Karena itu Pak Poniman mencari kerja sampingan di luar pekerjaan rutinnya di puskesmas, bekerja sebagai Tim Foging biasanya dikerjakan mulai jam 4 sore sampai jam 6 sore proses penyemprotan dilaksanakan apabila disalah satu wilayah didapati penderita DBD, Tim Foging bekerja untuk se-kota Tanjungpinang yang dipekjrjakan dari Dinas Kesehatan, sisa belanja dari pendapatan dari bekerja sebagai  supir ambulan dan Tim Foging disisikan untuk masa tua nanti imbuhnya.

Bagi Pak Poniman, sebagai supir ambulan, menyelamatkan pasein dan pasien sembuh kembali merupakan hadiah terbesar bagi hidupnya. Walaupun Pak Poniman terkadang harus mengeluarkan uang untuk membeli besin 5 atau 10 liter saat terdesak kehabisan bensin, dia tidak meminta pasien harus menggantikan uang bensin. “Saya ikhlas asal pasien saya bisa selamat” kata Pak Poniman sambil terseyum.
Pak Poniman yang beralamat Kampung Mekar Sari ini mengungkapkan “pada usia senja ini hidup harus diisi dengan hal-hal yang baik. Jangan sampai salah langkah hingga akhirnya hanya menghasilkan kesia-siaan”.8/5 Hindun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar