Oleh
Hindun
Kulit yang membalut tubuhnya tidak bisa menyembunyikan usia
Poniman yang sudah tua di tambah lagi
dengan rambutnya yang mulai memutih. Namun, jika melihat keuletan ia berjalan,
berbicara, dan beraktivitas, tidak ada yang menyangka ia masi seperti anak
remaja yang masih kuat dan tangguh. Siapa yang menyangka usia Pak Poniman sudah
mendakati usia 52 tahun.
Laki-laki, yang biasa dipanggil Pak Poniman oleh orang-orang di sekitarnya, selalu tampil energik. Daya ingatnya masih
kuat. Mungkin karena tanggung jawab yang ia emban selama ini, Pak Poniman mempunyai tenaga yang berlebih walaupun
usianya sudah mulai senja. Pak Poniman bercerita, masih kuat untuk terus
bekerja menjalankan mobil ambulan pada
malam hari.
Pak Poniman pun tetap bekerja membantu mengantarkan konsumen
sampai ke tempat tujuan, sebelum di
rujuk ke rumah sakit, pasien ditangani dahulu di puskesmas. Tidak hanya itu,
dia juga lebih mementingkan keselamatan pasien daripada dirinya sendiri, demi
keselamatan pasien Pak Poniman rela tidak makan dan tidak mandi jika pasien
benar-benar sangat terdesak, karena setiap kali mengantarkan pasien biasanya
pasien dalam keadaan darurat.
”Ada memang yang memberikan uang, tetapi tidak semua pasien
mampu memberikan uang. Mereka umumnya miskin sekali,” kata Pak Poniman yang
bekerja sejak berdirinya Puskesmas Batu 10 pada tahun 1982 di Jalan Adi Sucipto
Tanjungpinang Timur, pada mulanya ia bekerja di Puskesmas sebagai Cleaning
Service, dan kemudian bekerja sebagai supir mobil ambulan sejak tahun 1998
sampai sekarang. Sudah 30 tahun mengabdi di Puskesmas, dan bekerja sebagai
supir ambulan sudah 14 tahun, dan kalau tidak ada pasien yang harus diantar dan
dijemput Pak Poniman mengisi waktunya dengan membantu di bagian loket
pendaftaran dan mengantar surat-surat dari Puskesmas, waktu yang cukup lama ini
menjadikan Pak Poniman sudah terbiasa mengerjakan dengan iklas dan tulus.
Suka duka
Keberadaan Pak Poniman
amat membantu masyarakat sekitarnya terutama bagi warga yang kurang
mampu. Pak Poniman cukup datang ke rumah
pasien dengan mobil ambulan dan membantu mengantarkan pasien. Tak perduli
dengan kelelahan badannya yang sudah tua, terkadang baru sampai di rumah sudah
ditelepon oleh pasien untuk segera menjemput pasien dan mengantarkan pasien,
begitu juga pada waktu makan atau lagi mandi, jika ada telepon pasien, Pak
Poniman segera bergegas, dan tak jarang nasi yang baru dimakan dua suap sendok
nasi, langsung ditinggalkan begitu saja, kata Pak Poniman. Pengalaman Pak
Poniman yang membuatnya bingung saat menerima telepon pasien yang bentrok,
misalnya saja ketika Pak Poniman berada di rumah sakit untuk menjemput
pasiennya pulang ke rumahnya, tiba-tiba ada pasien yang menelepon minta
diantarkan ke puskesmas atau ke rumah sakit, saya bingung mau mengutamakan yang
mana, dan biasanya saya menyuruh pasien mencari
mobil ambulan lain, atau menunggu sebentar, akan tetapi jika pasien
benar-benar terdesak, saya lebih memilih menjemput pasien yang sakit untuk
segera diantar ke Puskesmas atau rumah sakit dibandingkan saya harus memilih
Pasien yang mau diantar pulang ke rumah, selain itu ada rasa luka dan kecewa
yang mendalam apabila mengantar pasien meninggal sebelum sampai ke rumah sakit,
biasanya pada pasien yang sakit parah atau pasien yang kecelakaan, demikan Pak
Poniman menambahkan.
Jika disinggung pengalaman sukanya tentu saja ada duka pasti
ada suka demikan Kata Pak Poniman, banyaknya mengenal masyarakat dan dekat
dengan keluarga pasien merupakan hal yang menyenangkan, karena dapat menambah
teman dan rasa persaudaraan sesama masyarakat, sehingga tidak jarang saling
menukar no HP kepada pasien, sehingga pertemanan dan persaudaraan tidak
terputus begitu saja, dan mendapatkan kesembuhan dan membantu pasien adalah hal
yang sangat membahagiakan, kata Pak Poniman menceritakan pengalaman sukanya.
Pentingkan Keselamatan Pasien
Poniman, ayah dari tiga anak dan kakek dari dua cucu ini, selalu
mengutamakan keselamatan pasien, walaupun tugas mangantarkan pasien penuh
resiko, dan tak jarang sampai menyenggol bibir trotoal jalan demi menyelamatkan
jiwa pasien, dan ia bertanggungjawab penuh dengan pekerjaan yang diembannya
selama ini, walaupun usia Pak Poniman sudah tua sedikitpun ia tidak pernah lupa
dan lalai dalam pekerjaannya sekalipun meski harus terjaga pada waktu malam
disaat terlena tertidur, itu semua bukan halangan bagi Pak Poniman untuk
membantu pasien yang sedang mengalami musibah dan masalah, saya ikhlas
mengerjakan semuanya dengan sepenuh hati, hal ini membuat Pak Poniman tidak
ingin berpindah profesinya sebagai tukang sopir ambulan.
Harapan
Bagi Poniman, kelahiran 15 Agustus 1960 ini, mengharapkan
agar pemerintah dapat memperhatikannya, pengabdian yang dijalani selama 30
tahun di puskesmas ini, ia belum
diangkat menjadi PNS, harapan ini bukan karena ia berkeinginan keras
untuk menjadi PNS, mengingat usianya yang sudah tua, untuk ke depannya Pak
Poniman akan semakin tidak kuat lagi untuk beraktivitas, setidaknya dengan
menjadi PNS pemerintah dapat memperhatikan masa tua nanti, sebelumnya pernah ada pemutihan honorer pada
usia pak Poniman 46 tahun 2 bulan, lantaran usia saya lebih dua bulan dengan
masa penerimaan PNS saat itu, saya tidak dapat diangkat, Pak Poniman menyesalkan penilaian pemerintah
terhadap dirinya, hanya karena lewat dua bulan saya tidak terpilih untuk
menjadi PNS, Pak Poniman menyampaikan rasa kecewanya yang mendalam. Karena itu
Pak Poniman mencari kerja sampingan di luar pekerjaan rutinnya di puskesmas,
bekerja sebagai Tim Foging biasanya dikerjakan mulai jam 4 sore sampai jam 6
sore proses penyemprotan dilaksanakan apabila disalah satu wilayah didapati
penderita DBD, Tim Foging bekerja untuk se-kota Tanjungpinang yang dipekjrjakan
dari Dinas Kesehatan, sisa belanja dari pendapatan dari bekerja sebagai supir ambulan dan Tim Foging disisikan untuk
masa tua nanti imbuhnya.
Bagi Pak Poniman, sebagai supir ambulan, menyelamatkan
pasein dan pasien sembuh kembali merupakan hadiah terbesar bagi hidupnya. Walaupun
Pak Poniman terkadang harus mengeluarkan uang untuk membeli besin 5 atau 10
liter saat terdesak kehabisan bensin, dia tidak meminta pasien harus
menggantikan uang bensin. “Saya ikhlas asal pasien saya bisa selamat” kata Pak
Poniman sambil terseyum.
Pak Poniman yang beralamat Kampung Mekar Sari
ini mengungkapkan “pada usia senja ini hidup harus diisi dengan hal-hal yang
baik. Jangan sampai salah langkah hingga akhirnya hanya menghasilkan
kesia-siaan”.8/5 Hindun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar