Zannisk Zannisk
dkk
Tanjungpinang,Tribun
28/4. ”Perjuangan ini saya hadapi, kerena kedai kecil seperti ini, saya bisa
lebih dewasa, dan jualan ini tetap akan saya buka sampai saya nanti menjadi
orang yang benar-benar dewasa”. Demikian Zannisk (17) murid SMP Maitreyawira
kelas IX mengutarakan perasaannya 27/4 di lokasi jualannya Jalan Basuki Rahmat
Tanjungpinang.
Nasib juga
yang membawa Zannisk ke dunia bisnis, tak heran jika Zannisk demikian teman-teman
memangilnya yang hari-hari bersekolah di SMP Maiteryawira Tanjungpinang, yang
menjadi tempatnya belajar dan bercanda. Namun dibalik tawanya dia adalah
seorang murid yang tegar dan pekerja keras. Walaupun orangtuanya termasuk orang
mampu, ZannisK yang menjadi pelajar juga menjadi pedagang ini menjalani
hari-harinya dengan seadanya, ia bekerja demi kebutahnnya dan untuk membantu meringankan
beban orangtuanya, ia berjualan tidak
merasa minder atau malu walaupun masi menyandang status pelajar, ia
bekerja sejak tamat SD, sebelumnya ia
bekerja menjadi tukang ojek buat teman-teman sekolahnya dan mencuci mobil di Auto Kilat Servis KM.2 , karena tidak
tahan dengan pekerjaan itu, Zannisk mengalihkan pekerjaannya menjual ikan bilis
mulai jam 6 pagi sampai jam 5 sore bekerja dengan ayah tirinya, dan sampai
tidak sekolah, karena itu sempat tinggal kelas 2 tahun, menjual ikan bilis juga
tidak bertahan lama, sampai akhirnya ia ditawarkan oleh ibunya untuk dimodali
berjualan es di jalan Basuki Rahmat.
Bermacam varisi es yang dijualnya, berupa sop buah, es teler, dan es campur yang
dipatok dengan harga Rp. 8.000,- pergelas, jualan ini sudah dijalani Zannisk
hampir 11 bulan terakhir ini, dengan gaji Rp. 50.000,- perhari. Karena Zannisk pulang sekolah jam 3 sore dari
hari Senin sampai hari Jumat, jadi julalan baru bisa dibuka jam 3.30 sore sampai jam 8 malam, kalau tidak sekolah seperti hari Sabtu dan
Minggu berjualan mulai jam 12 siang sampai jam 8 malam, karena sebelum jualan saya
harus mempersiapkan bahan-bahan yang habis, kalau hari biasa bahan-bahan
belanjaan yang kurang ibu yang bantu membelikannya lantaran sekolah, kalau hari
Sabtu dan Minggu bahan-bahan jualan yang kurang saya yang membeli, dan selebihnya semuanya saya kerjakan
sendiri, agar saya terbiasa dan saya merasa mandiri katanya.
Setiap hari
ia jualan dan sekolah kadang-kadang capek juga kadang-kadang sakit, tetapi
hanya sakit ringan dan itu pun dia pergi sekolah dan kerja juga, krena mengejar
target jualan setidaknya harus laku terjual mencapai 150 gelas barulah kembali modal kata Zannisk , yang terpenting sekali “Agar gaji saya tidak
dipotong”, selorohnya. Gaji yang didapatkan oleh Zannisk sudah dapat menutupi
kebutahannya sehari-hari.
Bagi Zannisk
berjualan itu bukan mudah, karena bisa untung dan rugi, untungnya ketika musim
panas konsumen bisa ramai, sedangkan
ketika musim hujan ia harus mengalami rugi, karena gaji yang seharusnya dia
peroleh tidak akan dapat gaji penuh, gaji itu diterima sesuai dengan pendapatan
penjualan. Gaji yang ia dapatkan tidak sepenuhnya ia simpan, ia berikan kepada
ibunya, sementara biaya yang harus Zannisk tanggung setiap harinya dikatakan
sangat besar, dari kebutuhan sekolah sampai pada biaya kost, Zannisk tidak
tinggal dengan ibunya, karena segan dengan ayah tirinya, sedangkan ayah kandungnya
berada di Medan, karena ia merasa ingin hidup mandiri, ia kost di rumah
temannya bernama Fery di jalan Brigjen Katamso Km. 2 No. 173, dengan kost
Zannisk sudah mampu mengatur hidupnya sendiri dan sudah terlatih mengatur uang
belanja dan keperluan sehari-hari. Gaji Zannisk yang didapat Rp. 50.000,-
perhari diaturnya sedemikian rupa, antara lain bayar uang kost , jajan, bensin, uang makan, SPP
dan kalau ada sisa uang belanja, baru dikasi ke ibu, jumlah kebutuhan sehari-hari semuanya sebesar
RP.25.000,- perhari, dan bayar uang kredit motor Rp. 25.000,- perhari, karena
saya harus membayar uang kredit motor yang talah ibu belikan untuk saya, dan
ibu membantu membayarkan uang muka, tapi sisanya kreditnya saya harus bayar
sendiri, kata Zannisk.
Antara jualan
dan sekolah sama pentingnya, karena itu Zannisk memang agak kesulitan mengatur
waktu belajar, apalagi kalau ada PR atau mau ulangan, kadang-kadang malah tidak
buat PR solusinya biasanya Zannisk mengerjakan PR sekolah terlebih dahulu baru
bekerja, atau setelah pulang dari jualan, dan kalau ulangan saya mengandalkan
ingatan saja, ketika guru menjelaskan saya memperhatikan apa yang guru
terangkan, itulah modal saya ketika akan menjawab ujian, dan kalau saya lupa
dengan apa yang dijlelaskan guru, nilai saya hancur kali, ungkap Zannisk. Kadang-kadang saya juga ngantuk di kelas,
mungkin karena saya capek bekerja katanya menambahkan ucapannya. Meskipun
demikian Zannisk tetap akan melanjutkan sekolah setelah tamat dari SMP
Maitreyawira dan akan melanjutkan sekolah di SMK Maitreyawira dan mengambil
jurusan perdagangan sesuai dengan keterampilan yang sudah didpati dari jualan
es, tanpa harus berhenti bekerja, dan bahkan dia juga akan meneruskan
perkuliahan dengan mengambil jurusan yang tepat, untuk meningkatkan dan
mengambangkan bakatnya. Cita-cita Zannisk memang sangat mulia, ia punya tekat
kalau sudah berhasil nanti ingin
mendirikan yayasan sosial utuk menempatkan orang-orang yang tidak mampu. Begitu
besar keingan dan harapan Zannsik untuk kedepannya nanti. (Hindun)
mantap
BalasHapuspatut di hargai