Selasa, 19 Juni 2012

MESKI JUALAN, TETAP SEKOLAH



Zannisk                                                Zannisk dkk
Tanjungpinang,Tribun 28/4. ”Perjuangan ini saya hadapi, kerena kedai kecil seperti ini, saya bisa lebih dewasa, dan jualan ini tetap akan saya buka sampai saya nanti menjadi orang yang benar-benar dewasa”. Demikian Zannisk (17) murid SMP Maitreyawira kelas IX mengutarakan perasaannya 27/4 di lokasi jualannya Jalan Basuki Rahmat Tanjungpinang.
Nasib juga yang membawa Zannisk ke dunia bisnis, tak heran jika Zannisk demikian teman-teman memangilnya yang hari-hari bersekolah di SMP Maiteryawira Tanjungpinang, yang menjadi tempatnya belajar dan bercanda. Namun dibalik tawanya dia adalah seorang murid yang tegar dan pekerja keras. Walaupun orangtuanya termasuk orang mampu, ZannisK yang menjadi pelajar juga menjadi pedagang ini menjalani hari-harinya dengan seadanya, ia bekerja demi kebutahnnya dan untuk membantu meringankan beban orangtuanya, ia berjualan tidak  merasa minder atau malu walaupun masi menyandang status pelajar, ia bekerja  sejak tamat SD, sebelumnya ia bekerja menjadi tukang ojek buat teman-teman sekolahnya dan mencuci mobil  di Auto Kilat Servis KM.2 , karena tidak tahan dengan pekerjaan itu, Zannisk mengalihkan pekerjaannya menjual ikan bilis mulai jam 6 pagi sampai jam 5 sore bekerja dengan ayah tirinya, dan sampai tidak sekolah, karena itu sempat tinggal kelas 2 tahun, menjual ikan bilis juga tidak bertahan lama, sampai akhirnya ia ditawarkan oleh ibunya untuk dimodali berjualan es di jalan Basuki Rahmat.
 Bermacam varisi es yang dijualnya,  berupa sop buah, es teler, dan es campur yang dipatok dengan harga Rp. 8.000,- pergelas, jualan ini sudah dijalani Zannisk hampir 11 bulan terakhir ini, dengan gaji Rp. 50.000,- perhari.  Karena Zannisk pulang sekolah jam 3 sore dari hari Senin sampai hari Jumat, jadi julalan baru bisa  dibuka jam 3.30 sore sampai jam 8 malam,  kalau tidak sekolah seperti hari Sabtu dan Minggu berjualan mulai jam 12 siang sampai jam 8 malam, karena sebelum jualan saya harus mempersiapkan bahan-bahan yang habis, kalau hari biasa bahan-bahan belanjaan yang kurang ibu yang bantu membelikannya lantaran sekolah, kalau hari Sabtu dan Minggu bahan-bahan jualan yang kurang saya yang membeli,   dan selebihnya semuanya saya kerjakan sendiri, agar saya terbiasa dan saya merasa mandiri katanya.
Setiap hari ia jualan dan sekolah kadang-kadang capek juga kadang-kadang sakit, tetapi hanya sakit ringan dan itu pun dia pergi sekolah dan kerja juga, krena mengejar target jualan setidaknya harus laku terjual mencapai 150 gelas  barulah kembali modal kata Zannisk ,  yang terpenting sekali “Agar gaji saya tidak dipotong”, selorohnya. Gaji yang didapatkan oleh Zannisk sudah dapat menutupi kebutahannya sehari-hari.
Bagi Zannisk berjualan itu bukan mudah, karena bisa untung dan rugi, untungnya ketika musim panas  konsumen bisa ramai, sedangkan ketika musim hujan ia harus mengalami rugi, karena gaji yang seharusnya dia peroleh tidak akan dapat gaji penuh, gaji itu diterima sesuai dengan pendapatan penjualan. Gaji yang ia dapatkan tidak sepenuhnya ia simpan, ia berikan kepada ibunya, sementara biaya yang harus Zannisk tanggung setiap harinya dikatakan sangat besar, dari kebutuhan sekolah sampai pada biaya kost, Zannisk tidak tinggal dengan ibunya, karena segan dengan ayah tirinya, sedangkan ayah kandungnya berada di Medan, karena ia merasa ingin hidup mandiri, ia kost di rumah temannya bernama Fery di jalan Brigjen Katamso Km. 2 No. 173, dengan kost Zannisk sudah mampu mengatur hidupnya sendiri dan sudah terlatih mengatur uang belanja dan keperluan sehari-hari. Gaji Zannisk yang didapat Rp. 50.000,- perhari diaturnya sedemikian rupa, antara lain bayar uang  kost , jajan, bensin, uang makan, SPP dan  kalau ada sisa uang belanja, baru  dikasi ke ibu, jumlah  kebutuhan sehari-hari semuanya sebesar RP.25.000,- perhari, dan bayar uang kredit motor Rp. 25.000,- perhari, karena saya harus membayar uang kredit motor yang talah ibu belikan untuk saya, dan ibu membantu membayarkan uang muka, tapi sisanya kreditnya saya harus bayar sendiri, kata Zannisk.
Antara jualan dan sekolah sama pentingnya, karena itu Zannisk memang agak kesulitan mengatur waktu belajar, apalagi kalau ada PR atau mau ulangan, kadang-kadang malah tidak buat PR solusinya biasanya Zannisk mengerjakan PR sekolah terlebih dahulu baru bekerja, atau setelah pulang dari jualan, dan kalau ulangan saya mengandalkan ingatan saja, ketika guru menjelaskan saya memperhatikan apa yang guru terangkan, itulah modal saya ketika akan menjawab ujian, dan kalau saya lupa dengan apa yang dijlelaskan guru, nilai saya hancur kali, ungkap Zannisk.  Kadang-kadang saya juga ngantuk di kelas, mungkin karena saya capek bekerja katanya menambahkan ucapannya. Meskipun demikian Zannisk tetap akan melanjutkan sekolah setelah tamat dari SMP Maitreyawira dan akan melanjutkan sekolah di SMK Maitreyawira dan mengambil jurusan perdagangan sesuai dengan keterampilan yang sudah didpati dari jualan es, tanpa harus berhenti bekerja, dan bahkan dia juga akan meneruskan perkuliahan dengan mengambil jurusan yang tepat, untuk meningkatkan dan mengambangkan bakatnya. Cita-cita Zannisk memang sangat mulia, ia punya tekat kalau sudah berhasil nanti  ingin mendirikan yayasan sosial utuk menempatkan orang-orang yang tidak mampu. Begitu besar keingan dan harapan Zannsik untuk kedepannya nanti.   (Hindun)

1 komentar: