Tanjungpinang
(HF), (18/3). Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang
dapat membikin secarik kain putih merah dan putih, maka selama itu tidak akan
kita akan mau menyerah kepada siapapun juga, demikianlah Bung Tomo ucapkan (10/10)
demi memicu semangat jiwa pertempuran bagi pemuda di seluruh Indonesia
menentang penjajah.
Bung Tomo. Jpg |
Suasana di alun-alun kota tampak tegang, dengan
suara yang lantang Bung Tomo mencoba memukau seluruh rakyat Indonesia, terutama
bagi penduduk Surabaya, dengan beraninya menerima pertentangan dari penjajah Inggris
dengan satu tekat menerima pertentangan dengan lapang dada, tak sedikitpun ada
jiwa pengecut, sedemkian kokohnya ia
mengumandangkan teriakan-teriakan untuk membela tanah air, membangkitkan
jiwa persatuan bagi pemuda-pemuda dari seluruh
lapisan, baik dari pemuda-pemuda yang berasal dari daerah Sulawesi, Bali,
Maluku, Kalimantan, Aceh, Tapanuli, Sumatera dan pemuda-pemuda Surabaya. Jangan
perrnah patuh dan tunduk pada kehendak penjajah, jangan pernah kibarkan bendera putih tanda tunduk dan menyerah, tetap pada satu
tujuan dengan semboyan “merdeka atau mati”, lebih baik hancur daripada harus
tunduk pada penjajah, labih baik mati daripada diperbudak penjajah. Begitulah
harapan-harapan Bung Tomo demi menegakkan keadilan.
Keadilan tetap berada di posisi Indonesia,
bagaimanapun tuhan itu maha mendengar, tuhan itu maha mengetahui, dan Allah
pasti melindungi pihak yang benar, upaya Bung Tomo meyakinkan
penduduk bahwa seseungguhnya kemerdekaan pasti ada di pihak Indonesia,
sedemikian keyakinan itu tertanam di jiwa Bung Tomo dan bagi penduduk Surabaya,
dengan teriakan “allah huakbar, allah huakbar, allah huakbar” Merdeka!, teguh dan kokoh di hadapan Allah
penduduk Indonesia menanamkan keyakinan bersama, dengan usaha dan perjuangan
bersama dan dengan doa dan bantuan Allah yang maha kuasa. Indonesia pasti
Merdeka, penjajah takkan pernah menjadi raja di
Indonesia. HF/Hindun.B8/12.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar